Perubahan Zodiak

Akhir-akhir ini kita dikejutkan oleh berita mengenai adanya zodiak baru. Berita itu saya dengar pertama kali dari media situs pertemanan. OPHIUCHUS. Ya, itulah nama zodiak baru tersebut, yang Berwujud Pria dan Ular Besar. Seperti gambar di bawah ini:

Kabarnya, Ophiuchus sebenarnya sudah ada sejak bangsa Babylonia memberi nama 13 konstelasi bintang di langit. Namun, belakangan bangsa Babylonia 'menghilangkan' Ophiuchus karena mereka ingin jumlah konstelasi sama dengan jumlah bulan dalam satu tahun. Ophiuchus muncul kembali dalam jajaran zodiak karena ahli astronomi dari Minneapolis, Profesor Parke Kunkle, berpendapat posisi sumbu bumi telah bergeser. Pergeseran ini menyebabkan zodiak yang semula 12 bintang menjadi 13 bintang.

Orang yang lahir 30 November-17 Desember akan memiliki bintang Ophiuchus yang dalam bahas Indonesia berarti 'pembawa ular'. Dalam astrologi, seseorang yang berbintang Ophiucus akan memiliki umur yang panjang, kreatif, dan punya visi.


-Aquarius  : 17 Februari-11 Maret

-Pisces    : 12 Maret-18 April

-Aries     : 19 April-13 Mei

-Taurus    : 14 Mei-21 Juni

-Gemini    : 22 Juni-20 Juli

-Cancer    : 21 Juli-10 Agustus

-Leo       : 11 Agustus-16 September

-Virgo     : 17 September-30 Oktober

-Libra     : 31 Oktober-23 November

-Scorpio   : 24 November-29 November

-Ophiuchus : 30 November-17 Desember

-Sagitarius: 18 Desember-20 Januari

-Capricorn : 21 Januari-16 Februari

Berita ini banyak menimbulkan pro kontra dari kalangan masyarakat. Saya yang dulunya berbintang Scorpio pindah menjadi Libra. Bagaimana dengan zodiak anda? Apakah berubah seperti saya???

Sebenarnya saya tidak begitu percaya dengan yang namanya zodiak ataupun ramalan, dan juga saya tidak begitu peduli dengan adanya penambahan zodiak. Namun kebanyakan cewek-cewek seumuran saya, banyak yang mempercayai atau berpedoman pada keberuntungan, asmara, keuangan, dan ramalan lain dari zodiak mereka masing-masing. Yang membuat saya bingung, bagaimana dengan seseorang yang memiliki nama berdasarkan nama zodiak mereka? Apakah mereka harus berganti nama???  :)   

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bedanya ngekost dengan tinggal bersama orangtua.

Pada blog saya yang sebelumnya pernah menceritakan perbedaan antara kebiasaan orang Depok dengan Bukittinggi, nah pada blog kali ini saya akan menceritakan mengenai perbedaan ngekos dengan tinggal bersama orangtua.
Tidak adanya saudara yang tinggal di kota Depok, mengharuskan saya untuk kos di salah satu rumah kosan di Jalan Margonda. Awalnya orangtua saya ragu untuk melepas saya kuliah di Depok. Karena menurut mereka, saya belum bisa mengurus diri saya sendiri dan saya termasuk anak yang sangat cuek. Namun kakak saya yang juga melanjutkan pendidikan (kuliah) di UI meyakinkan orangtua saya bahwa dia bisa menjaga saya. Dan akhirnya orangtua saya setuju dengan beberapa persyaratan dan nasihat.
Setelah sebulan menjalani menjadi anak kos, saya merasa tidak ada perbedaan yang begitu signifikan dengan tinggal bersama orangtua. Hanya beberapa saja yang berbeda, seperti: saya harus mencuci baju sendiri, masak nasi dan memikirkan lauk sendiri, bangun sendiri, dan kesendirian lainnya. Hehehe. Namun, setelah saya mendapatkan berbagai tugas, kuis, ujian dan kesibukan lainnya di kampus, saya merasa kelabakan. Baju kotor semakin menumpuk sehingga mengharuskan saya untuk membawa ke laundry karena tidak sempat untuk mencuci sendiri, sering lupa makan, sering bangun kesiangan, dan yang paling parah sering lupa salat subuh karena kesiangan. Saya sangat sangat membutuhkan mama pada saat-saat seperti itu.
Dan juga perbedaan yang menurut saya penting adalah kalau ngekos atau hidup sendiri itu harus bisa mengatur keuangan sendiri. Apalagi dengan sifat saya yang sangat boros, mengakibatkan saya harus merana dengan uang yang menipis pada akhir bulan. Harus mencuci baju sendiri karena harus hemat, tidak lagi nonton bioskop, tidak membeli baju baru dan barang-barang yang tak penting lainnya. Tapi dengan keadaan seperti itu yang membuat saya mulai berpikir dewasa. Bisa mengatur diri sendiri dan tidak lagi bergantung pada orang lain. Ketika saya tinggal dengan orangtua, saya tidak pernah memikirkan akan makan apa hari ini karena sudah ada mama yang mengaturnya, tidak perlu cemas dengan cucian kalau hari hujan karena ada mama yang akan mengurus. Hal-hal itulah yang membuat saya lebih mandiri.
Tapi orangtua sangat penting ketika kita sakit. Perbedaan lainnya adalah ketika kita sakit dan harus jauh dari orangtua. Tidak ada lagi yang akan mengurus ketika sakit kecuali kita sendiri. Saya pernah kelabakan ketika kakak saya sakit. Awalnya kakak saya hanya demam biasa dan saya pun tidak begitu khawatir dengan keadaannya. Tapi tiba-tiba teman kosan kakak saya menelepon saya dan mengatakan kalau kakak saya dibawa ke rumah sakit. Otomatis saya panik. Waktu itu jam sudah menunjukkan jam 1 dini hari. Untungnya, saya ngekos berdua dengan teman saya dan saya bisa pergi ke rumah sakit dengan teman saya tersebut. Sesampainya di rumah sakit, saya melihat kakak saya terbaring lemah dan dokternya mengatakan bahwa kakak saya terserang sakit typhus. Saya makin panik dan menelepon orangtua saya dan mengatakan kalau kakak saya masuk rumah sakit. Saya juga menghubungi bibi saya yang tinggal di Tangerang dan mereka datang keesokan harinya. Semalaman itu saya tidak tidur dan harus menjaga kakak saya. Pada saat-saat itulah saya sangat membutuhkan orang tua saya dan inilah perbedaan yang sangat signifikan. Biasanya kalau ada yang sakit mama atau papa lah yang membawa ke rumah sakit, membeli obat, dan mengurus semuanya. Tapi sekarang saya yang harus mengurus semuanya. Mulai dari membeli obat, membelikan makanan, sampai mengurus administrasi rumah sakit. Intinya hal-hal yang tidak pernah saya lakukan sebelumnya ketika saya tinggal dengan orang tua, harus saya lakukan ketika ngekos saat ini.
Namun keadaan itu yang membuat saya semakin berubah. Saya mulai peduli dengan orang lain dan keadaan sekitar. Biasanya saya tidak pernah peduli dengan keadaan sekitar apalagi saudara saya sendiri. Hal itu juga yang membuat saya semakin dekat dengan kakak saya. Ternyata perbedaan-perbedaan itu yang membuat saya semakin peduli dan mengerti akan diri saya sendiri. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Perbedaan kebiasaan antara masyarakat Bukittinggi dengan Depok

Di blog ini saya akan bercerita mengenai perbedaan kebiasaan antara masyarakat Bukittinggi dengan masyarakat Depok. Mengapa saya memilih bercerita mengenai hal ini karena saya merupakan warga baru di pulau Jawa ini tepatnya di kota Depok. Saya merantau dari Bukittingi (Sumatera Barat) untuk melanjutkan pendidikan saya di Depok. Awalnya saya berpikir bahwa Depok sama dengan kota asal saya. Namun ternyata setelah saya jalani, sangat jauh berbeda dari pemikiran awal saya tadi. Banyak sekali perbedaan yang saya dapatkan setelah beberapa bulan di kota Depok ini. Contohnya:
• Di Depok, orang-orang kebanyakan memberhentikan angkot atau kendaraan umum dengan menggunakan tangan kiri. Tapi angkotnya tetap berhenti meskipun diberhentikan dengan tangan kiri yang menurut kebudayaan di daerah saya tidak sopan. Sopir angkot di daerah saya tidak akan berhenti apabila diberhentikan dengan menggunakan tangan kiri. Jangankan berhenti, sopir itu akan memarahi orang tersebut. Jadi saya heran dengan kebiasaan seperti itu, meskipun saya juga pernah melakukannya beberapa kali. Hehehehe. 
• Di Bukittinggi orang-orang tidak akan berkeliaran lagi jika sudah lewat dari jam 20.00 atau jam 8 malam. Karena daerah Bukittinggi termasuk daerah yang bersuhu dingin, orang-orang akan berada di rumah masing-masing sebelum jam 8 malam. Otomatis jalanan menjadi sepi dan kendaraan pun hanya segelintir yang masih beroperasi. Namun di Depok tidak. Awalnya saya heran, kenapa jam 12 malam jalanan di sini masih ramai dengan lalu lalang kendaraan. Ketika saya tanyakan kepada ibu kos saya, beliau mengatakan bahwa Jakarta/Depok merupakan kota yang tidak pernah tidur. Pertamanya saya tidak percaya dan menganggap kalau ibu kos saya hanya bercanda. Namun setelah saya perhatikan ternyata kata-kata ibu kos saya ada benarnya juga. Orang-orang masih banyak keluar masuk stasiun ataupun terminal meskipun sudah larut malam.
• Orang-orang Jakarta/Depok termasuk orang yang cuek terhadap keadaan sekitar. Karena kalau di Bukittinggi yang kuat akan adat dan sopan santunnya, jika kita berpakaian tidak sopan atau seronok, pandangan orang-orang akan berbeda terhadap kita. Dengan diperhatikan seperti itu kita pasti akan tahu kalau orang-orang tidak suka dengan penampilan kita. Namun di Depok berbeda. Kita berpakaian seperti apa pun orang-orang tidak akan peduli sama sekali. Berpakaian seksi, pendek, panjang, besar, atau kecil pun orang tidak akan berkomentar apa-apa.
• Di Bukittinggi atau Minang saya diajarkan untuk berkata sopan dengan orang yang baru kenal meskipun orang tersebut masih muda daripada kita. Karena prinsip orang Minang dengan kata yang empat, yaitu mandaki (berbicara sopan pada orang yang lebih tua), manurun (berbicara lemah lembut pada orang yang lebih muda), malereng (berbicara sopan pada mertua atau orang yang disegani), dan mandata (berbicara pada orang sebaya). Intonasi saat berbicara juga harus dipertimbangkan, dengan siapa kita berbicara. Namun menurut pandangan saya kebanyakan teman-teman atau orang-orang yang baru saya kenal seenaknya saja berbicara pada orang lain. Mau itu orangtua, anak kecil, sebaya, orang baru kenal, sama saja. Intonasinya pun sama, seenaknya saja.
Itulah beberapa pandangan saya mengenai perbedaan kebiasaan dari kota asal saya (Bukittinggi) dengan kota tempat saya menetap sekarang (Depok). Sebenarnya masih banyak perbedaan yang akan saya ceritakan. Namun hanya itu yang menurut saya begitu menarik. Apabila ada kesalahan terhadap tulisan dan perkataan saya, saya mohon maaf. Apapun perbedaan kebiasaan atau kebudayaan seseorang, itulah Indonesia. Berbagai macam ragam kebiasaan dan kebudayaan dari masing-masing daerah. “Bhinneka Tunggal Ika”. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Adat dan Kebudayaan Masyarakat Minangkabau

Indonesia terkenal dengan adat dan kebudayaan yang beragam. Dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”, Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki bermacam-macam kebudayaan dan tradisi. Masing-masing daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda tapi tetap memilki tujuan yang sama. Pada blog kali ini saya akan menjelaskan mengenai kebudayaan pada daerah asal saya yaitu Sumatera Barat atau Ranah Minang.
Minangkabau merupakan tanah kelahiran saya dan juga tanah kelahiran kedua orangtua saya. Minangkabau memiliki berbagai macam suku. Suku awal masyarakat Minangkabau adalah Koto Piliang yang dipimpin oleh Datuak Katumangguangan dan Bodi Chaniago dipimpin oleh Datuak Parpatiah Nan Sabatang. Datuak merupakan panggilan masyarakat Minang untuk seseorang yang dituakan atau seseorang yang memimpin suatu suku. Tapi lama kelamaan masyarakat semakin berkembang dan suku pun makin bertambah. Kedua suku awal tersebut terpecah menjadi bermacam-macam suku, diantaranya: suku jambak, pili, sikumbang, pisang, koto, dan masih banyak yang lainnya.
Masyarakat Minangkabau merupakan masyarakat yang menganut sistem adat yang khas, yang dicirikan dengan sistem kekeluargaan melalui jalur perempuan atau matrilineal. Berbeda dengan masyarakat Jawa atau Sunda yang kebanyakan memiliki sistem patrilineal. Mama saya memiliki suku pisang dan papa saya suku koto. Dan secara adat saya dan kedua saudara saya harus mengikuti suku dari mama yaitu pisang. Karena masyarakat Minangkabau memiliki sistem matrilineal sehingga warisan dari nenek moyang atau orangtua diberikan kepada anak perempuan. Mengapa demikian? Menurut nenek moyang pada zaman dulu, laki-laki di Minangkabau harus berusaha untuk mencari nafkah dan bertanggungjawab terhadap keluarganya. Jika laki-laki diberi harta warisan, maka dia akan bersantai-santai dan tidak mau bersusah payah mencari pekerjaan demi keluarganya.
Para pemuda di Minangkabau jika telah akil baligh tidak lagi diperbolehkan tidur di rumah orangtuanya, karena rumah hanya diperuntukkan bagi kaum perempuan beserta suaminya dan anak-anak. Pemuda Minangkabau biasanya tidur di surau (mushala) dan pulang setelah salat subuh. Biasanya pada malam hari para pemuda diajarkan pencak silat oleh para tetua. Namun kebiasaan seperti ini mulai hilang semenjak adanya modernnisasi.
Minangkabau juga terkenal dengan adatnya yang kuat. Namun ajaran agama Islam juga kuat pada masyarakat Minangkabau karena masyarakat Minangkabau memiliki prinsip adat, yaitu “Adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah” (adat bersendikan hukum dan hukum bersendikan Alquran) yang berarti adat berlandaskan ajaran agama Islam. Pada zaman dulu kaum perempuan Minangkabau diharuskan memakai baju kurung (baju longgar) dan menutup aurat. Namun seiring perkembangan zaman, kebiasaan itu tidak lagi digunakan. Tapi kaum perempuan Minang tetap menutup auratnya. Kebanyakan perempuan Minangkabau memakai kerudung atau jilbab. Perempuan Minangkabau juga diajarkan untuk bersikap sopan, bertutur kata yang baik, dan lemah lembut. Perempuan Minangkabau terkenal dengan pandai memasak. Masakan minangkabau juga terkenal enak di kalangan masyarakat Indonesia. Biasanya masakan Minangkabau dikenal sebagai masakan Padang. Contoh masakan Padang yang terkenal adalah rendang, cencang, tunjang (kikil), dendeng balado, dan lain-lain.
Masyarakat Minangkabau juga terkenal dengan merantaunya. Dikarenakan para pemuda Minang harus bekerja dan mencari nafkah, banyak para pemuda itu yang merantau ke daerah lain. Kebanyakan mereka merantau ke Pulau Jawa. Para perantau yang pulang ke kampung halaman, biasanya akan menceritakan pengalaman merantau kepada anak-anak di kampung. Daya tarik kehidupan para perantau itulah yang sangat berpengaruh di kalangan masyarakat Minangkabau. Siapa yang tidak pernah mencoba pergi merantau, maka ia akan diperolok-olok oleh teman-temannya. Hal inilah yang menyebabkan kaum pria Minang memilih untuk merantau. Kini kaum wanita Minangkabau juga sudah lazim merantau, tidak hanya karena alasan ikut suami tapi juga karena ingin berdagang, meniti karier, dan melanjutkan pendidikan; seperti saya.
Minangkabau juga memiliki beragam kesenian dan tradisi. Minangkabau mempunyai kesenian yang bernilai tinggi dan banyak kesenian yang berkembang di Minangkabau. Contohnya adalah tarian, kerawitan atau musik, dan juga teater atau drama yang terkenal dengan sebutan randai. Randai merupakan suatu teater tradisi yang bersifat kerakyatan yang terdapat di daerah Minangkabau. Sampai saat ini randai masih berkembang dan digemari oleh masyarakat Minang. Cerita randai ini berupa cerita mengenai kehidupan masyarakat Minangkabau yang disampaikan lewat gurindam, dendang atau lagu yang diiringi oleh serangkaian musik tradisional Minangkabau, yaitu: saluang, rabab, bansi, atau yang lainnya. Randai ini merupakan serangkain kesenian Minangkabau yang lengkap. Ada tarian, musik, dan drama. Randai sekaligus menggambarkan kehidupan masyarakat sehari-hari. Sesuai dengan pepatah adat Minang yang berbunyi: “Kesenian Minang mambusek dari bumi dan manitiak dari langik” (kesenian Minangkabau terpusat dari bumi dan datang dari langit). Maksudnya adalah kesenian Minangkabau itu terpusat dari keadaan di bumi dan terinspirasi oleh alam.
Masyarakat Minang juga memiliki keahlian dalam membuat kerajinan. Diantaranya yang terkenal adalah songket. Songket merupakan kain yang ditenun menggunakan benang-benang yang dipuntal menggunakan alat tenun. Corak dari songket juga bermacam-macam dan biasanya terinspirasi dari alam. Sesuai dengan petatah adat Minangkabau yang berbunyi: “alam takambang jadi guru” (alam bisa dijadikan guru).
Itulah yang bisa saya ceritakan mengenai kebudayaan dari daerah saya. Masih banyak lagi hala-hal yang menarik mengenai kebudayaan Minangkabau dan tradisi-tradisinya. Namun hanya ini yang bisa saya jelaskan. Mudah-mudahan bermanfaat dan bisa menambah ilmu mengenai aneka ragam kebudayaan di Indonesia. Mohon maaf jika ada kesalahan penulisan dan perkataan. Terima kasih. 

Note: terinspirasi dari buku pelajaran BAMK (Budaya Adat Minangkabau) SMP dan SMA. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS