Metode Ilmiah Awal dari Pengetahuan

Menurut Wikipedia, metode ilmiah merupakan keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti bukti fisis. Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang diketahui langsung dari pengalaman, berdasarkan pancaindera, dan diolah oleh akal budi secara spontan. Pada intinya, pengetahuan bersifat spontan, subjektif, dan intitutif. Sehingga kita bisa menyimpulkan bahwa metode ilmiah tersebut adalah suatu  sarana yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi sesuai dengan kebenaran atau kesesuaian yang ada pada objek penelitian. Metode ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur dan terkontrol.
Ilmu pengetahuan seringkali berhubungan dengan fakta, maka cara mendapatkannya, jawaban-jawaban dari semua pertanyaan yang ada pun harus secara sistematis berdasarkan fakta-fakta yang ada.  Dengan adanya metode ilmiah ini pertanyaan-pertanyaan dasar dalam mencari kebenaran seperti “apakah yang dimaksud?”, “apakah benar demikian?”,  “mengapa begini/begitu?”, “bagaimana hal tersebut terjadi?”  dan sebagainya,  akan lebih mudah terjawab.
Oleh sebab itu, kita harus mengikuti beberapa langkah-langkah dalam melakukan metode ilmiah yang terdiri atas 7 tahap, yaitu:
1.     Merumuskan masalah.
Langkah awal dalam meneliti adalah menetapkan masalah yang akan dipecahkan. Perumusan masalah ini juga bermaksud untuk menghilangkan keragu-raguan.
2.       Mengumpulkan keterangan atau studi kepustakaan.
Setelah masalah dirumuskan, langkah kedua adalah mengumpulkan keterangan atau data yang tersedia yang pernah ditulis peneliti sebelumnya yang ada hubungannya dengan maslah yang akan dipecahkan. Adakalanya perumusan masalah dan studi kepustakaan dapat dikerjakan secara bersamaan.
3.       Menyusun hipotesis.
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun berdasarkan data atau keterangan yang diperoleh selama observasi atau telaah pustaka. Setelah diperoleh informasi mengenai hasil penelitian ahli lain yang bersangkutan dengan masalah yang ingin dipecahkan, maka disusunlah hipotesis untuk penelitian.
4.       Menguji hipotesis.
Setelah hipotesis-hipotesis dikumpulkan, kita bisa menguji hipotesis  tersebut  dengan melakukan percobaan atau penelitian.
5.       Mengolah data (hasil) percobaan.
Langkah ini bisa dilakukan dengan menggunakan metode statistik untuk menghasilkan kesimpulan. Hasil penelitian dengan metode ini adalah data yang objektif, tidak dipengaruhi subyektifitas ilmuwan peneliti dan universal (dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja akan memberikan hasil yang sama).
6.       Menguji kesimpulan.
Setelah tafsiran diberikan, maka peneliti membuat kesimpulan atau generalisasi dari penemuan-penemuan tersebut. Untuk  meyakinkan kebenaran hipotesis melalui hasil percobaan perlu dilakukan uji ulang. Apabila hasil uji senantiasa mendukung hipotesis maka hipotesis itu bisa menjadi kaidah (hukum) dan bahkan menjadi teori.
7.       Membuat laporan ilmiah
Langkah terakhir dari suatu penelitian ilmiah adalah membuat laporan ilmiah tentang hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut.

Berikut diagram dari metode ilmiah tersebut:



Perbedaan metode ilmiah dengan metode lainnya adalah metode ilmiah itu lebih bersifat  sistematis,  efisien dalam penggunaan sumber daya (tenaga, biaya, waktu), terbuka (dapat dipakai oleh siapa saja), dan teruji (prosedurnya logis dalam memperoleh keputusan).
Selain itu, dalam melakukan metode ilmiah, peneliti harus berpikir secara ilmiah. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika, dan statistika. Ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir induktif dan deduktif. Untuk itu penalaran ilmiah menyandarkan diri pada proses logika deduktif dan logika induktif, sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.
Jadi dalam melakukan suatu metode ilmiah, si peneliti harus mengerti pengertian dari metode ilmiah itu sendiri dan harus  mengikuti langkah-langkah serta  beberapa cara pikir yang mempermudah peneliti tersebut memperoleh suatu pengetahuan yang sesungguhnya. Dari metode ilmiah inilah banyak ilmuan yang menghasilkan berbagai pengetahuan.


>> Sumber: Wikipedia dan beberapa buku ilmiah.  

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Rasa Keingintahuan Manusia yang Berujung Pengetahuan

Manusia merupakan makhluk hidup yang paling sempurna dari makhluk Tuhan yang ada di muka bumi ini. Manusia dikatakan sempurna karena dianugerahi akal dan budi pekerti. Secara logis, manusia itu lebih pintar dari binatang. Mengapa demikian? Hal itu dikarenakan manusia mempunyai sifat atau rasa ingin tahu yang datang dari pikirannya. Rasa ingin tahu ini dapat mendorong manusia untuk mengamati, berpikir, dan mencari jawaban dari berbagai permasalahan yang ada di sekitarnya.
Rasa ingin tahu itu timbul dan dapat disaksikan semenjak manusia berada pada masa kanak-kanak. Bahkan rasa ingin tahu itu juga dirasakan oleh manusia pada zaman purbakala dulu. Semua benda-benda dan hal-hal yang dapat kita lihat sekarang ini berasal dari rasa keingintahuan orang-orang pada zaman dahulu. Namun rasa keingintahuan tersebut tidak tetap sepanjang zaman atau bersifat statis. Itu disebabkan karena manusia akan selalu bertanya dan berkembang dari waktu ke waktu. ”Mengapa begitu?”, “Apa?”, “Bagaimana bisa?”, itulah beberapa contoh pertanyaan yang sering muncul dipikiran seseorang.



Rasa ingin tahu itu juga merupakan salah satu ciri khas dari manusia. Mau kanak-kanak, remaja, atau orang dewasa, semuanya punya rasa ingin tahu. Contohnya ketika kita masih kecil. Pertanyaan-pertanyaan seperti: “Mengapa bintang itu hanya muncul pada malam hari?” ,“Kenapa burung bisa terbang?” dan pertanyaan lainnya sering dilontarkan oleh anak kecil.


Dari rasa ingin tahu itulah dasar atau elemen munculnya suatu pengetahuan. Dikarenakan dari rasa ingin tahu tersebut, manusia menyebut dirinya sebagai homo sapiens yaitu makhluk pemikir. Pemikiran-pemikiran manusia tersebut yang memunculkan berbagai pengetahuan seperti yang bisa kita lihat sekarang ini. Berawal dari akal budi ditambah dengan rasa ingin tahu menghasilkan pengetahuan.
Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah ditemui dan dirasakan sebelumnya. Pengetahuan juga bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi. Pengetahuan bersifat rasionalisme (logika)dan empiris (pengalaman).
Maka dari itu, pengetahuan merupakan hasil dari rasa keingintahuan seseorang yang sangat tinggi. Mereka berpikir dan berusaha mencari tahu masalah dari keingintahuan tersebut dan melakukan beberapa eksperimen dan pengalaman sehingga menghasilkan “buah” yaitu pengetahuan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS