TERAPI BEHAVIORAL ( BEHAVIOR THERAPY)


1.      Terapi Behavioral
Gerald Corey menjelaskan bahwa terapi behavioral adalah pendekatan-pendekatan terhadap konseling dan psikoterapi yang berkaitan dengan pengubahan tingkah laku. Pendekatan, teknik, dan prosedur yang dilakukan berakar pada berbagai teori tentang belajar.  Terapi behavior adalah salah satu teknik yang digunakan dalam menyelesaikan tingkah laku yang ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup, yang dilakukan melalui proses belajar agar bisa bertindak dan bertingkah laku lebih efektif, lalu mampu menanggapi situasi dan masalah dengan cara yang lebih efektif dan efisien. Aktifitas inilah yang disebut sebagai belajar.

      2.      Sejarah Perkembangan dan Tokoh-tokoh Terapi Behavioral
Terapi behavior tradisional diawali pada tahun 1950-an di Amerika Serikat, Afrika Selatan, dan Inggris sebagai awal radikal menentang perspektif psikoanalisis menentang perspektif psikoanalisis yang dominan. Fokusnya adalah pada menunjukkan bahwa teknik pengkondisian perilaku yang efektif dan merupakan alternatif untuk terapi psikoanalitik.
Tokoh-tokoh terapi behavioral ini adalah BF Skinner dan Albert Bandura. BF Skinner merupakan seorang juru bicara terkemuka untuk behaviorisme dan dapat dianggap sebagai bapak dari pendekatan behavior. Skinner tidak mempercayai manusia memiliki pilihan bebas. Menurutnya, tindakan tidak dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan. Ia menekankan pandangannya pada sebab akibat antara tujuan, kondisi lingkungan, dan perilaku yang dapat diamati. Skinner tertarik pada konsep penguatan dan menerapkannya dalam dirinya sendiri. Albert Bandura dan rekan-rekannya yang merintis dalam bidang social modeling dan memperkenalkannya sebagai suatu proses yang menjelaskan beragam bentuk pembelajaran.

      3.      Tujuan Terapi Behavioral
Terapi behavioral  memfokuskan pada persoalan-persoalan perilaku spesifik atau perilaku menyimpang yang bertujuan untuk menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar dengan dasar bahwa segenap tingkah laku itu dipelajari, termasuk tingkah laku yang maladaptif.

     4.      Hakikat Manusia dalam Terapi Behavioral
Hakikat manusia dalam pandangan para behaviorist adalah pasif dan mekanistis. Manusia dianggap sebagai sesuatu yang dapat dibentuk dan doprogram sesuai dengan keinginan lingkungan yang membentuknya. Perilaku manusia adalah efek dari lingkungan dan pengaruh yang paling kuat. Maka hal itulah yang akan membentuk diri individu.

     5.      Sikap, Peran, dan Tugas Konselor
Perhatian utama konselor behavioral adalah perilaku yang tampak. Dengan alasan ini banyak asumsi yang berkembang tentang pola hubungan konselor dengan klien lebih manipulatif-mekanistik dan sangat tidak pribadi. Namun setelah diperhatikan lebih lanjut, pendekatan dalam konseling behavioral lebih cenderungg direktif karena dalam pelaksanaannya konselor-lah yang lebih banyak berperan.
Sikap yang dimiliki oleh konselor behavior adalah lebih menerima dan mencoba memahami apa yang dikemukakan konseli tanpa menilai dan mengkritiknya. Dalam proses terapi, konselor berperan sebagai guru atau mentor.
Peran Konselor:
a.       Menyebutkan tingkah laku maladaptif
b.      Memilih tujuantujuan yang masuk akal
c.       Mengarahkan dan membimbing keluarga untuk merubah tingkah laku yang tak sesuai.

Tugas utama terapis adalah melakukan tindak lanjut penilaian untuk melihat apakah perubahan yang tahan lama dari waktu ke waktu. Penekanannya adalah untuk membantu klien mempertahankan perubahan dari waktu ke waktu dan memperoleh keterampilan mengatasi perilaku dan kognitif untuk mencegahnya kambuh.

       6.      Tahap-tahap Terapi Behavioral
Tahap-tahap konseling atau terapi behavioral terdiri atas 4 tahap, yaitu:
a.       Pengukuran (assesment)
Hal-hal yang digali dalam assesmen meliputi analisis tingkah laku bermasalah yang dialami konseli saat ini, yaitu analisis situasi yang di dalamnya terjadi masalah konseli; analisis self-control; analisis hubungan sosial; dan analisis lingkungan fisik-sosial budaya.
b.      Menentukan tujuan
Tujuan yang ditetapkan akan digunakan sebagai tolak ukur untuk melihat keberhasilan proses terapi. Proses terapi akan dihentikan jika telah mencapai tujuan. Tujuan terapi harus jelas konkret, dipahami, dan disepakati oleh klien dan konselor. Konselor dan klien mendiskusikan perilaku yang terkait dengan tujuan keadaan yang diperlukan untuk perubahan sifat tujuan dan rencana tindakan untuk bekerja ke arah tujuan tersebut.
c.       Mengimplementasikan teknik
Setelah merumuskan tujuan yang ingin dicapai, konselor dan konseli menentukan strategi belajar yang terbaik untuk membantu konseli mencapai perubahan tingkah laku yang diinginkan. Konselor dan konseli mengimplementasikan teknik-teknik konseling sesuai dengan masalah yang dialami oleh konseli.
d.      Mengakhiri konseling
Proses konseling akan berakhir jika tujuan yang ditetapkan di awal konseling telah tercapai. Mekipun demikian, konseli tetap memiliki tugas yaitu terus melaksanakan perilaku baru yang diperolehnya selama proses konseling di dalam kehidupannya sehari-hari.

      7.      Teknik-teknik Terapi Behavioral
Untuk mencapai tujuan dalam proses konseling diperlukan teknik-teknik yang digunakan untuk pengubahan perilaku. Beberapa tekniknya sebagai berikut:
a.       Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik relaksasi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif, biasanya berupa kecemasan, dan menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan dengan cara memberikan stimulus yang secara perlahan dan santai.
b.      Terapi Implosif
Terapi Implosif dikembangkan atas dasar pandangan tentang seseorang yang secara berulang-ulang dihadapkan pada situasi kecemasan dan konsekuensi-konsekuensi yang menakutkan ternyata tidak muncul, maka kecemasan akan hilang. Atas dasar itu klien diminta untuk membayangkan stimulus-stimulus yang menimbulkan kecemasan.

c.       Latihan Perilaku Asertif
Latihan perilaku asertif digunakan untuk melatih individu yang mengalami kesulitan untuk menyatakan dirinya bahwa tindakannya layak atau benar.
d.      Pengkondisian Aversi
Teknik pengkondisian diri digunakan untuk meredakan perilaku simptomatik dengan cara menyajikan stimulus yang tidak menyenangkan, sehingga perilaku yang tidak dikehendaki tersebut terhambat kemunculannya.  
e.       Pembentukan Perilaku Model
Perilaku model digunakan untuk membentuk perilaku baru pada klien, memperkuat perilaku yang sudah terbentuk dengan menunjukkan kepada klien tentang perilaku model, baik menggunakan model audio, model fisik, atau lainnya yang dapat diamati dan dipahami jenis perilaku yang akan dicontoh.
f.       Kontrak Perilaku
Kontak perilaku adalah persetujuan antara dua orang atau lebih (konselor dan klien) untuk mengubah perilaku tertentu pada klien. Dalam terapi ini konselor memberikan ganjaran positif yang penting dibandingkan memberikan hukuman jika kontrak tidak berhasil.
g.      Token Ekonomi
Token ekonomi dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila persetujuan dan pemerkuat yang tidak bisa diraba lainnya tidak memberikan pengaruh. Dalam token ekonomi, tingkah laku yang layak bisa diperkuat dengan perkuatan yang nyata yang nantinya bisa ditukarkan dengan objek atau hak istimewa yang diinginkan. Tujuan prosedur ini adalah mengubah motivasi yang ekstrinsik menjadi motivasi yang intrinsik. Diharapkan bahwa perolehan tingkah laku yang diinginkan akhirnya dengan sendirinya akan menjadi cukup mengganjar untuk memelihara tingkah laku yang baru.

        8.      Kelebihan dan Kelemahan Terapi Behavioral
          Kelebihan Terapi Behavioral:
a.    Pembuatan tujuan terapi antara konselor dan konseli diawal dijadikan acuan keberhasilan proses terapi.
b.      Memiliki berbagai macam teknik konseling yang teruji dan selalu diperbaharui
c.       Waktu konseling relatif singkat
d.     Kolaborasi yang baik antara konselor dan konseli dalam penetapan tujuan dan pemilihan teknik.
Kelemahan Terapi Behavioral:
a.       Dapat mengubah perilaku tetapi tidak mengubah perasaan
b.      Mengabaikan faktor relasional penting dalam terapi
c.       Tidak memberikan wawasan
d.      Mengobati gejala dan bukan penyebab
e.       Melibatkan kontrol dan manipulasi oleh konselor.
REFERENSI
Corey, Gerald. (2009). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar