AKULTURASI DAN RELASI INTERNAKULTURAL


1. Pengertian Akulturasi
Istilah akulturasi diidentikkan dengan adanya budaya. Pada psikologi lintas budaya kita bisa mengenal istilah akulturasi dan internakultural. Akulturasi merupakan proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayan asing itu lambat laun dapat diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnnya kebudayaan itu sendiri.
Contoh akulturasi di Indonesia adalah Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan India dan kebudayaan Indonesia. Demikian juga musik keroncong yang merupakan perpaduan antara musik Portugis dan musik Indonesia. Proses akulturasi dapat berjalan sangat cepat atau lambat, tergantung dari persepsi masyarakat setempat terhadap budaya asing yang masuk.
2. Pengertian Internakultural
Internakultural bisa disebut juga komunikasi antar budaya. Komunikasi antar budaya pertama kali diperkenalkan oleh antropolog Edward Hall. Istilah antarbudaya pertama kali diperkenalkan oleh Edward T. Hall pada tahun 1959 dalam bukunya "The Silent Language". Menurut Stewart, komunikasi budaya adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu kondisi yang menunjukan adanya perbedaan budaya seperti bahasa, nilai-nilai, adat, kebiasaan. Komunikasi antar budaya menunjuk pada suatu fenomena komunikasi di mana para pesertanya memiliki latar belakang budaya yang berbeda terlibat dalam suatu kontak antara satu dengan lainnya, baik secara langsung atau tidak langsung. (Young Yung Kim, 1984).
Jadi, komunikasi antar budaya dipahami sebagai komunikasi antar manusia dari budaya yang berbeda dan merupakan salah satu bentuk tipe dari komunikasi antar kelompok.
Internakultural ini sendiri dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
           1.      Melalui negosiasi
=> untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan.
           2.      Melalui pertukaran sistem simbol
=> yang tergantung daripersetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama
        3.      Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita.
         4.      Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan pelbagai cara

Internakultural  memiliki beberapa fungsi, diantaranya:
     1.      Fungsi Pribadi
  Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang     bersumber dari seorang individu.
     2.      Fungsi Sosial
    Fungsi sosial ini dilakukan dengan cara pengawasan, menjembatani, sosialisasi nilai, dan menghibur.

3. Akulturasi dan relasi interkulturasi
      Berdasarkan pengertian di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa akulturasi dengan internakultural saling berhubungan atau berelasi satu sama lain. Dimana, proses akulturasi di dalamnya sangat membutuhkan relasi internakultural. Dengan adanya komunikasi budaya yang tercipta oleh individu di suatu kelompok, atau komunikasi antar kelompok membuat proses akulturasi dalam suatu wilayah dapat berjalan dengan baik sehingga mencapai kesejahteraan setiap individu yang terdapat di dalamnya. Proses penerimaan budaya ini tidak akan terjadi tanpa adanya komunikasi antar budaya (internakulurasi), karena tanpa adanya komunikasi maka tidak akan terjadi yang namanya pertukaran budaya, dalam komunikasi ini akan terjadi proses saling mempengaruhi antara satu budaya dengan budaya lainnya, sehingga terjadilah suatu akulturasi pada suatu kebudayaan.
Sumber:

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Transmisi Budaya dan Biologis serta Awal Perkembangan dan Pengasuhan


Budaya sebagai jejak tingkah laku manusia, yang diperoleh melalui hasil pembelajaran lengkap dengan unsur bahasa yang menjadi landasannya, sangat terikat dengan apa yang kita namakan ruang-waktu. Dalam ruang, budaya menjelma tradisi. Diikuti oleh turunannya yang kemudian masuk pada wilayah normatif dan relatif. Budaya yang sarat dengan tatanan norma kemasyarakatan, meski terkena hukum etiket. Relatif adanya. Karena hampir di setiap kebudayaan manusia, terdapat patokan yang berbeda untuk menjustifikasi sebuah tindakan budaya apakah beretika atau tidak.
Transmisi budaya merupakan kegiatan pengiriman atau penyebaran pesan dari generasi yang satu ke generasi yang lain tentang sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sulit diubah. “Cultural transmission is the way a group of people or animals within a society or culture tend to learn and pass on new information.”
Bentuk Transmisi Budaya
         ·         Enkulturasi
Merupakan proses penerusan kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi berikutnya selama hidup seseorang individu dimulai dari institusi keluarga terutama tokoh ibu. Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur (budaya) ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Enkulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses belajar dan penyesuaian alam pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.
·                        Akulturasi
Merupakan suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.
·                        Sosialisasi
Menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah suatu proses di mana anggota masyarakat baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana ia menjadi anggota. Sosiologi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses pemasyarakatan, yaitu seluruh proses apabila seorang individu dari masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain dalam masyarakat.

 

Pengaruh Enkulturasi terhadap perkembangan psikologi individu
Enkulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses belajar dan penyesuaian alam pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Enkulturasi terjadi karena lingkungan yang menerapkan aturan-aturan tersebut. Sehingga individu itu sendiri menyesuaikan.

Pengaruh Akulturasi terhadap perkembangan psikologi individu
Akulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Akulturasi terjadi karena sekelompok orang asing yang berangsur-angsur mengikuti cara atau peraturan di dalam lingkup orang Indonesia.

Kesamaan dan Perbedaan Antar budaya dalam Hal Transmisi Budaya melalui awal masa perkembangan dan pola kelekatan (attachment) pada ibu atau pengasuh

Awal Perkembangan dan Pengasuhan Transmisi budaya dapat terjadi sesuai dengan awal pengembangan dan pengasuhan yang terjadi pada masing-masing individu. Dimana proses seperti enkulturasi, sosialisasi ataupun akulturasi yang mempengaruhi perkembangan psikologis individu tergantung bagaimana individu mendapat pengasuhan dan bagaimana lingkungan yang diterimanya.
Jika seorang anak sedari dini lebih banyak menghabiskan waktunya bersama pengasuh, maka kelekatan antara seorang anak dan ibu akan kurang daripada bersama pengasuhnya. Karena pengaruh sosialisasi, akulturasi, dan enkulturasi terjadi di masyarakat, membuat setiap orang berusaha untuk mengetahui hal tersebut. Sehingga pola perilaku individu mengalami proses belajar dalam kesehariannya melalui sosialisasi terhadap lingkungan yang mempengaruhinya. Maka terjadilah kesamaan dan perbedaan antar budaya dalam mempengarahui pola perkembangan seorang anak.

Sumber dan referensi:

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pengertian dan Tujuan Psikologi Lintas Budaya serta Hubungannya dengan Disiplin Ilmu Lainnya


Berbicara mengenai budaya, maka kita tidak jauh-jauh berbicara tentang ranah sosial dan  ranah individual. Pada ranah sosial, budaya lahir ketika manusia bertemu dengan manusia lainnya dan membangun kehidupan bersama yang lebih dari sekedar pertemuan-pertemuan insidental. Sedangkan pada ranah individual, budaya diawali ketika individu-individu bertemu untuk membangun kehidupan bersama dimana individu-individu tersebut memiliki keunikan masing-masing dan saling memberi pengaruh. Ketika budaya sudah terbentuk, setiap individu merupakan agen-agen budaya yang memberi keunikan, membawa perubahan, sekaligus penyebar budaya tersebut.
Budaya telah menjadi perluasan topik ilmu psikologi di mana mekanisme berpikir dan bertindak pada suatu masyarakat kemudian dipelajari dan diperbandingkan terhadap masyarakat lainnya.  Psikologi lintas budaya mencoba mempelajari bagaimana faktor budaya dan etnis mempengaruhi perilaku manusia antar budaya. Nah, pada blog kali ini saya ingin menjelaskan mengenai psikologi lintas budaya dan hubungannya dengan disiplin ilmu lainnya secara lebih rinci.
Menurut Segall, Dasen, dan Poortinga (1990), psikologi lintas budaya adalah :kajian ilmiah mengenai perilaku manusia dan penyebarannya sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya.” Pengertian ini mengarahkan perhatian kita pada 2 hal pokok, yaitu:
·         Keragaman perilaku manusia di dunia, dan
·         Kaitan antara perilaku individu dengan konteks budaya, tempat perilaku itu terjadi.
Sejumlah definisi lain mengungkapkan beberapa segi baru dan menekankan beberapa kompleksitas:
·         “Psikologi lintas-budaya mencakup kajian suatu pokok persoalan yang bersumber dari dua budaya atau lebih dengan menggunakan metode pengukuran yang ekuivalen, untuk menentukan batas-batas yang dapat menjadi pijakan teori psikologi umum dan jenis modifikasi teori yang diperlukan agar menjadi universal” (Triandis, Malpass, & Davidson, 1972, hal 1.)
·         “Psikologi lintas-budaya berkutat dengan kajian sistematik mengenai perilaku dan pengalaman sebagaimana pengalaman itu terjadi dalam budaya yang berbeda, yang dipengaruhi budaya atau mengakibatkan perubahan-perubahan dalam budaya yang bersangkutan” (Triandis, 1980, hal.1)
Dari beberapa definisi yang dijabarkan di atas, dapat disimpulkan bahwa psikologi lintas budaya adalah kajian mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik; mengenai hubungan-hubungan diantara ubahan psikologis dan sosiobudaya, ekologis, dan ubahan biologis; serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ubahan-ubahan tersebut.
Selain definisi, psikologi lintas budaya juga memiliki tujuan. Tujuan dari psikologi lintas budaya adalah:
·         Pengujian kerampatan (generality) pengetahuan dan teori psikologis yang ada.
·         Mencari persamaan dan perbedaan dalam fungsi-fungsi individu secara psikologis dalam berbagai budaya dan kelompok etnis
·         Melihat manusia dan perilakunya dengan kebudayaan yang ada dan juga melihat kedua perilaku universal dan unik untuk mengidentifikasi cara dimana budaya dampak dari kehidupan.
Di sini saya juga akan menjelaskan mengenai hubungan psikologi lintas budaya dengan disiplin ilmu lain, yaitu diantaranya
·            1.  Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Sosiologi
Hubungan Psikologi lintas budaya dengan ilmu sosiologi adalah melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik yang berada dalam suatu kehidupan masyarakat.
·           2.  Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Ekologi
Hubungan Psikologi lintas budaya dengan ilmu ekologi adalah melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok entnik berdasarkan interaksi antara organisme dengan lingkungannya.
·          3.  Hubungan Psikologi Lintas Budaya dengan Biologi
Hubungan Psikologi lintas budaya dengan ilmu biologi adalah melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok entnik dengan mempelajari aspek kehidupan fisik makhluk hidup.

Dan juga terdapat Perbedaan Psikologi Lintas Budaya dengan Psikologi Indegenous, Psikologi Budaya, dan Antropologi
·            a)  Psikologi Indigenous
Indigenous Psychology merupakan suatu terobosan baru dalam dunia psikologi yang mana merupakan suatu untuk memahami manusia berdasarkan konteks kultural/budaya. Indigenous psychology dapat juga didefinisikan sebagai pandangan psikologi yang asli pribumi dan memiliki pemahaman mendasar pada fakta-fakta atau keterangan yang dihubungkan dengan konteks kebudayaan setempat.
Jadi perbedaan Psikologi lintas budaya dengan Psikologi Indigenous adalah Psikologi lintas budaya berfokus pada membicararakan isu, konsep dan metode yang dikembangkan oleh komunitas ilmiah di barat, kebanyakan Amerika Serikat dan Eropa Barat, dan yang dipelajari di timur, kebanyakan negara dunia. Sedangkan Psikologi Indigenous mencakup studi tentang isu dan konsep yang mencerminkan kebutuhan dan realitas dari budaya tertentu dalam hal ini, tentu akan banyak upaya untuk memodifikasi instrumen guna memasukkan perspektif indigenus/setempat.
·         b)    Psikologi Budaya
Perbedaan Psikologi lintas budaya dengan Psikologi budaya adalah Psikologi lintas budaya  melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik sedangkan Psikologi budaya melihat bagaimana budaya dapat mentransformasikan dan mengubah psike seseorang.
·         c)     Antropologi
Perbedaan Psikologi lintas budaya dengan Antropologi adalah Psikologi lintas budaya  melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik sedangkan Antropologi melihat bagaimana manusia dalam suatu masyarakat melahirkan suatu kebudayaan.

Sumber dan Referensi:
Berry, John W, Poortinga, Suhardono, Edi (penerj). 1999. Psikologi Lintas Budaya: Riset dan aplikasi Publisher. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_lintas_budaya

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Fenomena Anak Indigo

Tahun 2012 merupakan tahun yang diperkirakan banyak paranormal atau “ahli cenayang” akan terjadi suatu kejadian besar yang ditakuti oleh semua makhluk yaitu kiamat atau berakhirnya seluruh kehidupan di dunia ini. Tidak sedikit masyarakat Indonesia bahkan dunia yang mempercayai opini tersebut. Pada akhir tahun 2011 lalu, banyak paranormal yang diwawancarai dan dimintai penjelasan akan hal yang belum pasti kebenarannya itu. Tidak hanya paranormal, anak indigo pun tak luput dari wawancara para pencari berita.

Mungkin banyak dari kita yang masih asing dengan istilah Indigo. Istilah Indigo atau Indira pertama kali dikemukakan oleh Nancy Ann Torp, seorang konselor sekaligus cenayang (di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan paranormal) di tahun 1970an. Saat itu dia meneliti warna aura manusia dan menghubungkannya dengan kepribadian. Dan anak-anak yang memiliki warna aura nila atau indigo, ternyata dianugerahi kelebihan, khususnya kemampuan indera ke-enam. Indigo sendiri juga terkait dengan indra keenam yang terletak pada cakra kening merupakan mata ketiga yang berpusat ditengah kepala, menggambarkan intuisi dan kekuatan batin yang luar biasa tajam yang melebihi kemampuan orang kebanyakan. Kebanyakan dari mereka memiliki kelebihan dengan bakat yang luar biasa atau secara akademik mempunyai prestasi. Anak indigo juga mampu menunjukkan empati yang sangat dalam dan mudah merasa iba serta tampak bijaksana untuk anak seusianya.

Anak indigo yang lahir di dunia ini masing-masing mempunyai misi. Kebanyakan dari mereka merupakan pengkritik suatu rencana yang salah. Mereka bertugas meluruskan ketidakbenaran dan ketidaksamaan yang ada di sekelilingnya. Hal ini ditunjukkan dengan perilaku mereka yang tidak patuh dan kesulitan dalam menjalankan sistem yang ada, misalnya saja penolakan dan sikap kaku terhadap sistem pendidikan yang ada.
Anak indigo juga sering menunjukkan perilaku memberontak terhadap suatu pemerintahan, tidak patuh terhadap aturan atau adat, kesulitan dalam mengelola emosinya dan sangat peka. Tidak jarang pula anak menunjukkan sikap yang sangat dingin dan tidak mempunyai perasaan. Terkadang beberapa orang akan mencap anak dengan indikasi gangguan ADD (attention deficit disorder). Bentuk perilaku tersebut kadang-kadang menyebabkan kesulitan bagi anak-anak ini dalam melewati masa anak-anak, bahkan dalam melewati masa remaja (Chapman. 2006).

Hal itu mengakibatkan kesehatan mental anak indigo ini juga sedikit terganggu. Dalam menangani anak indigo ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa mereka memiliki kesulitan dalam mengendalikan emosinya. Pada beberapa anak, hal ini disebabkan karena permasalahan kecemasan, kemungkinan perilaku obsesif, kompulsif, atau kepanikan yang berlebih (panic attack). Penyebab lain muncul karena mereka berusaha keras untuk belajar dan memahami dengan caranya sendiri yang masih tradisional ataupun kebiasaan rutin. Sehingga tidak jarang bagi mereka akan memiliki perasaan harga diri yang rendah. Terkadang beberapa anak indigo menunjukkan reaksi kemarahan, depresi.

Anak indigo memiliki getaran tenaga yang tinggi dengan pola yang menetap, yang kemudian ditunjukkan dengan aura warna indigo pada tubuhnya. Getaran tinggi ini mencipta perbedaan terhadap fungsi tubuh dan otak pada anak indigo. Kebanyakan dari mereka berpikir dengan menggunakan otak kanan. Saat stress anak kemudian mengembangkan pengaturan dalam otak kiri dan kanan, mereka dapat menimbulkan reaksi emosional yang berlebih. Ada pula anak yang menunjukkan kemarahan, kesedihan, atau ketakutan yang mendalam bahkan kecemasan yang berlebih.

Memahami keadaan tenaga, dan diperlukan mengamati keadaan tenaga pada saat anak indigo sedang tidak stabil sangatlah penting, pada saat seperti ini membutuhkan orang tuanya atau terapi. Diperlukan adanya pemahaman dasar mengenai tenaga. Hal lain yang tidak kalah penting yaitu dengan mengajar anak indigo dan orang tuanya terhadap teknik dalam menyeimbangkan fikiran dan cara untuk mengurangi stress pada anak, sehingga anak tidak terpengaruh pada tenaga yang negatif. (Dikutip dari admin, "Pengertian Tentang Anak Indigo dan Karakteristiknya." Majalah Celoteh, 15th Nov 2009.)
Secara fisik dan emosional mereka sangat sensitif. Mereka juga sangat perhatian dan empati terhadap orang lain, namun ada juga yang menjadi terlihat tidak berperasaan. Anak Indigo dapat mudah marah dan kasar, mereka membutuhkan keyakinan bahwa dirinya diterima dan memerlukan konseling. Indigo juga mempunyai rasa depresi di usia muda jika mereka merasa tidak mengapa mereka dilahirkan atau merasa tidak mampu berbuat apa-apa untuk memperbaiki dunia.

Anak indigo adalah anak yang menunjukkan seperangkat atribut psikologis baru dan luar biasa, serta menunjukkan sebuah pola perilaku yang pada umumnya tidak didokumentasikan sebelumnya. Pola ini memiliki faktor-faktor unik yang umum, yang mengisyaratkan agar orang-orang yang berinteraksi dengan mereka (para orang tua, khususnya) mengubah perlakuan dan pengasuhan terhadap mereka guna mencapai keseimbangan. Mengabaikan pola-pola baru ini akan kemungkinan besar berarti menciptakan ketidakseimbangan dan frustasi dalam benak anak indigo, dari pola kehidupan baru yang berharga ini.

sumber: www.wikipedia.com
            www.lifestyle.kompasiana.com 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KESEHATAN MENTAL


Jasmani dikatakan sehat apabila energi yang ada mencukupi daya tahan yang ada mencukupi memiliki kekuatan untuk menjalankan aktivitas dan kondisi badan terasa nyaman dan sehat. Badan seseorang bekerja secara aktif untuk mempertahankan diri agar tetap sehat sehingga kesehatan selalu harus dipertahankan.
Kesehatan mental menurut UU No.3/1961 adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Sehat sebagai suatu spectrum, Pepkins mendefinisikan sehat sebagai keadaan keseimbangan yang dinamis dari badan dan fungsi-fungsinya sebagai hasil penyesuaian yang dinamis terhadap kekuatan-kekuatan yang cenderung mengganggunya.
Apabila di tinjau dari, kata “mental” berasal dari kata latin, yaitu, ”mens” atau ”mentis” artinya roh, sukma, jiwa, atau nyawa. Di dalam bahasa Yunani, kesehatan terkandung dalam kata hygiene, yang berarti ilmu kesehatan. Maka kesehatan mental merupakan bagian dari hygiene mental (ilmu jiwa).

BEBERAPA DEFENISI KESEHATAN MENTAL
Berikut ini merupakan beberapa defenisi dari kesehatan mental:
1.  Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejola jiwa (neurose) dan gejola penyakit jiwa (psychose).
2. Kesehatan Mental adalah adanya kemmpuan yang memiliki oleh seseorang untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri orang lain, masyarakat atau lingkungannya.
3.  Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan seseorang untuk mengembangkan potensi bakatdadan pembawaan yang ada semaksimal mungkin sehingga menyebabkan kebahagiaan diri sendiri dan orang lain serta terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa.
4.  Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan dalam fungsi jiwa serta terciptanya kemempuan untukl menghadapi permasalahan sehari-hari sehingga merasakan kebahagiaan dan kepuasan hatinya.



Definisi kesehatan mental menurut beberapa ahli
  • Erikson (Psikososial):
=> Konsep sehat sendiri mempunyai arti yang sangat luas. ”Sehat” bukan sekedar berarti tidak sakit melainkan pengertiannya bisa lebih luas dari itu. Menurut kamus bahasa Indonesia modern, kata sehat berarti : dalam keadaan yang baik sekujur badan serta bagian-bagiannya, bebas dari penyakit, dalam keadaan waras ; mendatangkan kebaikan pada badan ; baik dalam keadaan biasa atau normal pikirannya; berjalan sebagaimana mestinya.

Dalam definisi lain, sehat adalah kondisi seseorang dimana seluruh bagian dari manusia dapat bekerja sama dengan baik, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Sedangkan kata “mental” atau mentalitas berarti : cara berfikir dan berperasaan (afeksi, kognisi, dan konasi). Dengan kata lain mengacu pada kondisi internal individu.

*      Kes-Men: Metode / usaha-usaha untuk mencapai mental yang sehat.
*      Kesehatan Mental menurut WHO, seseorang yang sehat mental/jiwanya: merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup, menerima orang lain apa adanya (ber-empati dan tidak berprasangka), serta bersikap positif terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
*      Kes-Men juga dapat dilihat dari berbagai Aspek : Intelektual, Sosial, Spiritual-Moral, Emosional.
*      MESANA EN CORPORESANO : “Dalam Tubuh Yang Sehat Terdapat Jiwa yang Kuat”.
*      CORPORESANO EN MENASA : “Dalam Jiwa yang Kuat terdapat Tubuh Yang Sehat”.
  • Alexander Schneider , ilmu Kesehatan mental adalah ilmu yang mengembangkan dan menerapkan seperangkat prinsip yang praktis dan bertujuan untuk mencapai dan memelihara kesejahteraan psikologis organisme manusia dan mencegah gangguan mental serta ketidak kemampuan menyesuaikan diri.
  • Samson, Sin dan Hofilena: ilmu kesehatan mental sebagai ilmu yang bertujuan untuk menjaga dan memelihara fungsi fungsi mental sebagai ilmu yang bertujuan untuk menjaga dan memelihara fungsi mental yang sehat dan mencegah ketidak mampuan menyesuaikan diri atau kegiatan kegiatan mental yang kalut
  • DB Klein: Ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang bertujuan untuk mencegah penyakit mental dan mengingkatkan kesehatan mental
  • Louis P Thrope: Ilmu kesehatan mental adalah tahap psikologi yang bertujuan untuk mencapai dan memelihara kesehatan mental.
Setelah Perang Dunia II, perhatian masyarakat mengenai kesehatan jiwa semakin bertambah. Kesehatan mental bukan suatu hal yang baru bagi peradaban manusia. Pepatah Yunani tentang mens sana in confore sano merupakan satu indikasi bahwa masyarakat di zaman sebelum masehi pun sudah memperhatikan betapa pentingnya aspek kesehatan mental.
Yang tercatat dalam sejarah ilmu, khususnya di bidang kesehatan mental, kita dapat memahami bahwa gangguan mental itu telah terjadi sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya mengatasinya sejalan dengan peradaban. Untuk lebih lanjutnya, berikut dikemukakan secara singkat tentang sejarah perkembangan kesehatan mental.
Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Seperti juga psikologi yang mempelajari hidup kejiwaan manusia, dan memiliki usia sejak adanya manusia di dunia, maka masalah kesehatan jiwa itupun telah ada sejak beribu-ribu tahun yang lalu dalam bentuk pengetahuan yang sederhana.
Beratus-ratus tahun yang lalu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah syaitan-syaitan, roh-roh jahat dan dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai besi yang berat dan kuat. Namun, lambat laun ada usaha-usaha kemanusiaan yang mengadakan perbaikan dalam  menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya ini. Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris adalah salah satu contoh orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal dengan masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.
 
Masa selanjutnya adalah masa ilmiah, dimana tidak hanya praksis yang dilakukan tetapi berbagai teori mengenai kesehatan mental dikemukakan. Masa ini berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan alam di Eropa.
Dorothea Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal dari Amerika. Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para penderita penyakit mental dan orang-orang gila. Sangat banyak jasanya dalam memperluas dan memperbaiki kondisi dari 32 rumah sakit jiwa di seluruh negara Amerika bahkan sampai ke Eropa. Atas jasa-jasa besarnya inilah Dix dapat disebut sebagai tokoh besar pada abad ke-19.

Tokoh lain yang banyak pula memberikan jasanya pada ranah kesehatan mental adalah Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Beers pernah sakit mental dan dirawat selama dua tahun dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam dan kerasnya perlakuan serta cara penyembuhan atau pengobatan dalam asylum-asylum tersebut. Sering ia didera dengan pukulan-pukulan dan jotosan-jotosan, dan menerima hinaan-hinaan yang menyakitkan hati dari perawat-perawat yang kejam. Dan banyak lagi perlakuan-perlakuan kejam yang tidak berperi kemanusiaan dialaminya dalam rumah sakit jiwa tersebut. Setelah dirawat selama dua tahun, beruntung Beers bisa sembuh.

Di dalam bukunya ”A Mind That Found Itself”, Beers tidak hanya melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap tindakan-tindakan kejam dan tidak berperi kemanusiaan dalam asylum-asylum tadi, tapi juga menyarankan program-program perbaikan yang definitif pada cara pemeliharaan dan cara penyembuhannya. Pengalaman pribadinya itu meyakinkan Beers bahwa penyakit mental itu dapat dicegah dan pada banyak peristiwa dapat disembuhkan pula. Oleh keyakinan ini ia kemudian menyusun satu program nasional, yang berisikan:
  1. Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental.
  2. Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan mental.
  3. Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhannya.
  4. Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan-gangguan emosi.
William James dan Adolf Meyer, para psikolog besar, sangat terkesan oleh uraian Beers tersebut. Maka akhirnya Adolf Meyer-lah yang menyarankan agar ”Mental Hygiene” dipopulerkan sebagai satu gerakan kemanusiaan yang baru. Dan pada tahun 1908 terbentuklah organisasi Connectitude Society for Mental Hygiene. Lalu pada tahun 1909 berdirilah The National Committee for Mental Hygiene, dimana Beers sendiri duduk di dalamnya hingga akhir hayatnya.

KETERKAITAN PENYESUAIAN DIRI DENGAN KESEHATAN MENTAL
(1) Kesehatan mental merupakan kunci dari penyesuaian diri yang sehat
(2) Kesehatan mental merupakan bagian integral dari proses adjusment secara keseluruhan
(3) Kualitas mental yang sehat merupakan fundamen yang penting bagi “good adjusment”.

MASALAH KESEHATAN MENTAL
Kesehatan mental / jiwa selalu mempersoalkan mental/jiwa yang dimiliki seseorang apakah bermasalah ataukan memilki kehidupan rohani yang sehat. Dan juga menegakkan pada keutuhan peribadi psiko-fisik manusia yang menyeluruh.
Kesehatan mental sebagai ilmu membicarakan bangaimana cara seseorang memecahkan masalah batinya sehingga ia mampu memahami berbanagi kesulitan hidup dan melakukan berbagai upaya agar jiwanya menjadi bersih.
Dengan memahami ilmu kesehatan mental adalah arti mengerti, mau dan mampu mengaktualisasikan dirinya, maka seseorang tidak akan megalami bermacam-macam ketegangan kekuatan dan komplik barin. Selain itu, ia melakukan upaya agar jiwanya menjadi seimbang dan kepribadiannya pun terinteraksi dengan baik. Ia juga akan mampu memecahkan segala kesulitan jiwa.
Permasalahan lain yang erat hubungannya dengan ilmu kesehatan mental, antara lain adanya usaha untuk menghindari unsur tekanan batin, komplik pribadi dan menciptakan integrasi batin yang baik untuk melawan ketegangan dan komplik jiwa.
Orang yang sehat  mentalnya mempunyai pribadi normal. Mereka akan bertindak dan berprilaku baik agar dapat di terima oleh masyarakat. Selain itu dalam karakter dirinya terdapat kesesuaian dengan norma dan pola hidup masyarakat.
Yusak Burhanuddin. Kesehatan Mental, Bandung: Pustaka Setia, 1998.
             http://miftah19.wordpress.com/2010/02/09/kesehatan-mental-part-1/









  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS