PSIKOTERAPI ANALISIS TRANSAKSIONAL
1 1. Analisis
Transaksional
Analisis transaksional merupakan teori kepribadian
dan sistem yang terorganisir dari terapi interaksional. Hal ini didasarkan pada
anggapan bahwa di saat kita membuat keputusan berdasarkan premis-premis masa
lalu yang pada suatu waktu sesuai dengan kebutuhan kelangsungan hidup kita
tetapi yang mungkin tidak lagi berlaku. Analisis transaksional merupakan psikoterapi
transaksional yang dapat digunakan dalam konseling individual, tetapi lebih
cocok digunakan dalam konseling kelompok.
Analisis
transaksional berfokus pada keputusan-keputusan awal yang dibuat oleh klien dan
menekankan kemampuan klien untuk membuat keputusan-keputusan baru. Analisis
traksaksional ini juga menekankan pada aspek-aspek kognitif rasional-behavioral
dan berorientasi kepada peningkatan kesadaran sehingga klien akan mampu membuat
keputusan-keputusan baru dan mengubah cara hidupnya.
2. Latar
Belakang Sejarah
Analisis transaksional awalnya dikembangkan oleh
Eric Berne (1961) yang dilatih sebagai psikoanalis Freud dan psikiater. Berne
merupakan ahli ilmu jiwa terkenal di Amerika yang memulai karirnya sebagai
psikatris tahun 1941 sebagai psikoanalis. Namun pada akhirnya Berne menciptakan
teori baru karena kecewa dengan pelaksanaan psikoanalisa yang membutuhkan waktu
lama sampai bertahun-tahun dalam menganalisis pasien.
Gagasan tentang Analisis Transaksional mulai
dikenalkan ke publik tahun 1949 melalui makalah yang berjudul “The Nature of
Intuition”, tetapi dalam makalah tersebut konsep Analisis Transaksional belum
dirumuskan dengan jelas. Konsep Analisis Transaksional secara resmi mulai
diperkenalkan pada berbagai forum ilmiah, antara lain pada “Weatern Regional
Meeting of the American Group Psychoterapy Assosiation” di Los Angeles, Amerika
Serikat tahun 1957 melalui makalah yang berjudul “Transactional Analysis: A New
and Effection Method of Group Therapy”.
Berne melakukan percobaan selama hampir 15 tahun dan
akhirnya ia merumuskan hasil percobaannya itu dalam suatu teori yang disebut “Analisis
Transaksional dalam psikoterapi” yang diterbitkan pada tahun 1961. Pengikut
Eric Berne adalah Thomas Harris, Mc Neel J. dan R. Grinkers.
3. Asumsi
Dasar
Pendekatan analisis transaksional berlandaskan suatu
teori kepribadian yang berkenaan dengan analisis struktural dan transaksional.
Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi analisis terhadap 3 kedudukan ego yang
terpisah, yaitu: orang tua, dewasa, anak. Pada dasarnya analisis transaksional
ini berasumsi bahwa manusia itu:
a. Manusia
memiliki pilihan-pilihan dan tidak dibelenggu oleh masa lalunya (manusia selalu
berubah dan bebas untuk menentukan pilihannya).
b. Manusia
sanggup melampaui pengkondisian dan pemogragraman awal (Manusia dapat berubah
asalkan ia mau). Perubahan manusia itu adalah persoalan di sini dan sekarang (here and now).
c. Manusia
bisa belajar mempercayai dirinya sendiri, berpikir dan memutuskan untuk dirinya
sendiri, serta mengungkapkan perasaan-perasaannya.
d. Manusia
sanggup untuk tempil di luar pola-pola kebiasaan dan menyeleksi tujuan-tujuan
dan tingkah laku baru.
e. Manusia
bertingkah laku dipengaruhi oleh pengharapan dan tuntutan dari orang lain.
f. Manusia
dilahirkan bebas tetapi salah satu yang pertama dipelajari adalah berbuat
sebagaimana yang diperintahkan.
4. Konsep
Analisis Transaksional
a. Pandangan
mengenai hakekat manusia
Analisis transaksional
berakar pada filasafat antideterministic. Menempatkan iman dalam kapasitas individu
untuk mengatasi kebiasaan dan pola untuk memilih tujuan-tujuan dan perilaku
baru. Namun tidak berarti bahwa individu tersebut bebas dari pengaruh kekuatan sosial.
b. Status
ego
Status ego adalah
serangkaian terkait pikiran, perasaan, dan perilaku di mana bagian dari
kepribadian seorang individu dimanifestasikan pada waktu tertentu. Semua transaksi
analisis bekerja dengan status-status ego yang mencakup aspek penting dari
kepribadian dan dianggap penting dan karakter pembeda dari terapi Analisis
transaksional.
c. Kebutuhan
Strokes
Dalam teorinya, Eric
Berne mengemukakan suatu istilah yang disebut stroke, yang dapat diterjemahkan
dengan “tanda perhatian”. Menurut Berne, stroke
dapat dibedakan menjadi:
1)
Positive
Stroke
Positive
stoke merupakan segala bentuk perhatian yang secara
langsung dapat memperkuat motivasi dan kegairahan dalam kehidupannya yang
diperoleh seseorang dalam awal kehidupannya. Misalnya: senyuman, tepukan,
piagam atas suatu prestasi, ijazah, dan lain-lain. Strokeini dapat menyebabkan seseorang merasa dihargai dan
diperhatikan.
2)
Negative
Stroke
Negative
strokeadalah suatu bentuk strokeyang menunjukkan pandangan yang mengecewakan atau menyesali.
Misalnya: pukulan, tamparan yang menyakitkan, kritikan atau kata-kata yang
keras, sikap acuh tak acuh, dan lain-lain. Strokeini
menyebabkan seseorang merasa tidak dihargai dan tidak berarti, dan secara
langsung memungkinkan seseorang memiliki sikap yang defensive untuk
mempertahankan diri.
3)
Conditional
Stroke
Conditional
strokedapat diartikan sebagai suatu tanda perhatian yang
diperoleh seseorang disebabkan ia telah melakukan sesuatu. Misalnya: “Saya mau
membantu kamu, asalkan kamu membelikan saya makanan.”
4)
Unconditional
Stroke
Umconditional
strokeadalah tanda perhatian yang diperoleh seseorang
tanpa dikenakan persyaratan apapun. Misalnya: “Saya mau menolong kamu dengan
sebaik-baiknya.”
d. Games
Permainan atau games merupakan
suatu rangkaian transaksi yang ruang geraknya menuju ke arah yang jelas dan
dapat diramal seblumnya. Permainan sering menimbulkan kesulitan dalam kontak
sosial serta menghalangi hubungan yang bersifat interpersonal terbuka, jujur,
dan intim.
e. Posisi
Psikologi Dasar
Thomas A. Haris
menyebutkan adanya 4 posisi psikologis yang menentukan kehidupan seseorang,
diantaranya:
1)
Posisi pertama : I’m Not OK – You’re OK
Posisi ini menunujukkan
seseorang merasakan bahwa ia lebih rendah dari orang lain. Posisi ini adlah
sikap umum yang pertama dimiliki oleh anak pada masa awal kanak-kanak. Posisi
ini juga terbentuk pada seseorang yang mendapat Negative stroke. Dominisi posisi ini disebut Adapted Child (anak penurut).
2) Posisi
Kedua : I’m Not OK – You’re Not OK
Keadaan ini lebih parah
dan berbahaya dari posisi pertama, dan dipilih sebagai posisi psikologis.
Posisi ini disebabkan mereka tidak memiliki gairah hidup. Mereka sudah
menganggap ketidakberdayaan, ketidakmampuan yang ada pada dirinya tidak ada
yang bisa menolong.
3) Posisi
ketiga : I’m OK – You’re Not OK
Posisi ini menunujukkan
adanya kecenderungan pada diri seseorang untuk menuntut seseorang, menyalahkan
seseorang, mengkambing hitamkan dan menuduh orang lain. Hal ini disebabkan
karena mereka merasa dikecewakan orang lain. Pada posisi ini individu
menganggap dirinya lebih baik dari orang lain.
4) Posisi
keempat : I’m OK – You’re OK
Posisi ini adalah
posisi hidup yang sehat dan menunjukkan adanya suatu keseimbangan pada diri
seseorang yang bersifat konstruktif. Posisi ini menunjukkan adanya pengakuan akan
orang lain yang memiliki hak yang sama dengan dirinya.
5. Perkembangan
Perilaku
a. Struktur
kepribadian
Berne mempunyai
pengalaman ketika menghadapi klien ketika menemukan bahwa kliennya
kadang-kadang berperilaku dan berfikir seperti anak-anak, tapi dalam kesempatan
lain terlihat seperti orang tua dan orang dewasa. Berdasarkan pengalaman
tersebut ia berkeseimpulan bahwa manusia memiliki berbagai bentuk kondisi ego,
atau disebut dengan Ego states
(Status Ego). Adapun struktur kepribadian itu terdiri dari 3 status ego, yaitu:
1) Status
Ego Orang tua (ego state parent)
Merupakan bagian dari kepribadian yang menunjukkan
sifat-sifat orang tua, berisi perintah (harus dan semestinya). Jika individu
merasa dan bertingkah laku sebagaimana orangtuanya dahulu, maka dapat dikatakan
bahwa individu tersebut dalam status ego orang tua. Status ego orang tua
merupakan suatu kumpulan perasaan, sikap, pola-pola tingkah laku yang mirip
dengan bagaimana orangtua individu merasa dan bertingkah laku terhadap dirinya.
2) Status
Ego Dewasa (ego state adult)
Merupakan bagian kepribadian yang objektif, stabil,
tidak emosional, rasional, logis, tidak menghakimi, bekerja dengan fakta-fakta
serta kenyataan yang ada, selalu berusaha menyelesaikan masalah menggunakan
informasi yang tersedia.
3) Status
Ego Anak (ego state child)
Merupakan bagian dari kepribadian yang menunjukkan
ketidakstabilan, reaktif, humor, kreatif, serta inisiatif, ingin tahu, dan
sebagainya. Status ego anak berisi perasaan, tingkah laku dan bagaimana
berpikir ketika masih kanak-kanak dan berkembang bersama dengan pengalaman semasa
kanak-kanak.
b. Pribadi
sehat dan Pribadi bermasalah
Dalam pandangan teori
ini kepribadian individu yang sehat
adalah sebagai berikut:
1) Memiliki
posisi kehidupan I’m OK – You’re OK
2) Status
ego berfungsi secaratepat
3) Relatif
bebas dari secript
4) Memahami
dirinya dan orang lain
Kepribadian yang
dipandang tidak normal atau pribadi yang
bermasalah menurut teori ini adalah:
1) Posisi
kehidupan I’am Ok – You’re not Ok
2) Posisi
kehidupan I’am Not OK – You’re Not OK
3) Kontaminasi
status ego
4) Eksklusi
(batas status ego yang kaku)
6. Hakikat
Konseling Analisis Transaksional
Hakikat terapi ini adalah perancangan status ego
klien dalam bertransaksi sehingga klien mampu mempromosikan dirinya dengan
tepat serta berupaya untuk merangsang rasa tanggung jawab pribadi klien atas
tingkah lakunya sendiri, pemikiran yang logis, rasional dan tujuan-tujuan yang
realistis dalam berhubungan dengan orang lain. Pendekatan kognitif dan behavioral
pada terapi ini dirancang untuk membantu orang-orang dalam mengevaluasi
keputusan yang telah dibuatnya seseuai dengan kelayakan saat ini.
7. Tujuan
Konseling Analisis Transaksional
Menurut Eric Berne terdapat 4 tujuan yang ingin
dicapai dalam konseling analisis transaksional, yaitu:
a. Konselor
membantu klien yang mengalami kontaminasi status ego yang berlebihan.
b. Konselor
membantu mengembangkan kapasitas diri klien dalam menggunakan semua status
egonya yang cocok, mecakup memperoleh kebebasan dan kemampuan status egonya.
c. Konselor
berusaha membantu klien dalam mengembangkan seluruh status ego dewasanya
d. Konselor
membantu klien dalam membebaskan dirinya dari posisi hidup yang kurang cocok
serta menggantinya dengan rencana hidup yang baru yang lebih produktif.
8. Tahap-tahap
& Teknik Konseling Analisis Transaksional
Ada
beberapa tahapan konseling di
antaranya:
a. Pada
bagian pertama dilakukan attending (pendahuluan) untuk menentukan kontrak
dengan klienm baik mengenai masalah maupun tanggung jawab kedua pihak.
b. Pada
bagian kedua baru mengajarkan klien tentang ego
statenya dengan diskusi bersama klien.
c. Membuat
kontrak yang dilakukan oleh klien sendiri yang berisikan tentang apa yang akan
dilakukan oleh klien, bagaimana klien akan melangkah ke arah tujuan yang telah
ditetapkan, dan klien tahu kapan kontraknya akan habis.
d. Setelah
kontrak ini selesai, baru kemudian konselor bersama klien menggali ego state dan memperbaikinya sehingga
terjadi dan tercapai tujuan konseling.
Teknik yang digunakan
dalam analisis transaksional diantaranya:
a. Analisis
struktur
Analisis ini maksudnya
adalah analisis tehadap status ego yang menjadi dasar stuktur kepribadian klien
yang terlihat dari respons atau stimulus klien dengan orang lain.
b. Analisis
transaksional
Konselor menganalisis
pola transaksi dalam kelompok sehingga konselor dapat mengetahui ego state yang mana yang lebih dominan
dan apakah ego state yang ditampilkan
tersebut sudah tepat atau belum.
c. Analisis
mainan
Merupakan analisis
hubungan transaksi yang terselubung antara klien dengan konselor atau dengan
lingkungannya. Konselor menganalisis suasana permainan yang diikuti oleh klien
untuk mendapat sentuhan, setelah itu dilihat apakah klien mampu menanggung resiko
atau malah bergerak ke arah resiko yang tingkahnya lebih rendah.
d. Analisis
skript
Analisis skript
merupakan usaha konselor untuk mengenal proses terbentuknya skript yang
dimiliki klien.
9. Sikap
dan Tugas Konselor
Konselor
dalam analisis transaksional berperan sebagai guru, pelatih, narasumber, dan
sebagai fasilitator yang besikap terbuka, bertanggung jawab, tulus, terbuka,
serta hangat.
10. Kelebihan
dan Kelemahan Analisis Transaksional
Kelebihan terapi
Analisis Transaksional, yaitu:
a. Punya
pandangan optimis dan realistis tentang manusia.
b. Penekanan
waktu di sini dan sekarang (here and now).
c. Mudah
diobservasi.
d. Meningkatkan
keterampilan berkomunikasi.
Kelemahan
terapi
Analisis Transaksional, yaitu:
a. Kurang
efisien terhadap kontrak treatment karena banyak klien yang beranggapan jelek
terhadap dirinya dan tidak realistis sehingga sulit tercapai kontrak karena klien
tidak dapat mengungkapkan tujuan apa yang ia inginkan.
b. Subyektif
dalam menafsirkan status ego.
REFERENSI
Corey, Gerald. (2009). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika
Aditama.
Mappiare, Andi. (2010). Pengantar Konseling dan psikoterapi,
Jakarta: Pt. Rajawali Grafindo Persada.
0 komentar:
Posting Komentar