NAMA : DIFA PERMATA
ANGREYANI
KELAS : 3PA01
NPM : 12510009
TUGAS PSIKOTERAPI (SOFTSKILL)
KELAS : 3PA01
NPM : 12510009
TUGAS PSIKOTERAPI (SOFTSKILL)
Pengertian
Psikoterapi
Menurut Wohlberg, psikoterapi adalah
pengobatan dengan cara psikologis dari masalah yang bersifat emosional di mana
seseorang terlatih sengaja membangun hubungan profesional dengan pasien dengan tujuan
menghapus, mengubah atau menghambat gejala yang terganggu pola mediasi
perilaku, meningkatkan pertumbuhan kepribadian yang positif dan pengembangan.
Sedangkan menurut Corsini,
psikoterapi adalah proses interaksi formal 2 pihak (2 orang/lebih) yang bertujuan
memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan (distress) pada salah 1 pihak karena tidak berfungsinya atau
ketidakmampuan pada fungsi kognitif, afeksi atau perilaku, dengan terapis
berusaha mengembangkan memelihara atau mengubahnya dengan menggunakan
metode-metode sesuai pengetahuan dan skill, serta bersifat profesional serta
legal.
Bermula dari Sigmund Freud, pada
akhir abad ke-19, yang memaparkan teori psikoanalisisnya, psikoterapi kian
berkembang hingga kini. Teknik dan metode yang dicetuskan oleh Freud dapat
dikatakan merupakan dasar dari psikoterapi, yang tampaknya, dalam praktek
sehari-hari masih tetap digunakan sebagai dasar, apa pun teori yang dianut atau
menjadi landasan atau pegangan bagi seseorang yang melakukan psikoterapi.
Psikoterapi Psikoanalisa
Tokoh paling terkenal dari teori
psikoanalisa ini adalah Sigmund Freud.
Dalam
sejarahnya, teknik psikoanalisa ini adalah aliran pertama dari tiga aliran
utama psikologi. Psikoanalisa dipandang sebagai teori kepribadian ataupun metode
psikoterapi.
Ø Sumbangan utama psikoanalisis :
1.
Kehidupan
mental individu menjadi bisa dipahami, dan pemahaman terhadap sifat manusia
bisa diterapkan pada perbedaan penderitaan manusia
2.
Tingkah laku
diketahui sering ditentukan oleh faktor tak sadar
3.
Perkembangan
pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yg kuat terhadap kepribadian di
masa dewasa
4.
Teori
psikoanalisis menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk memahami cara-cara
yg digunakan oleh individu dalam mengatasi kecemasan
5.
Terapi
psikoanalisis telah memberikan cara-cara mencari keterangan dari ketidaksadaran
melalui analisis atas mimpi-mimpi.
Psikoterapi
dengan teknik psikoanalisa memiliki beberapa konsep utama, seperti struktur kepribadian, pandangan tentang
sifat manusia, kesadaran dan ketidaksadaran, dan kecemasan. Psikoanalisa
sendiri mengedepankan pengaruh masa lalu terhadap terbentuknya perilaku
seseorang dimasa dewasanya. Teori – teori psikoanalisa dari Freud juga
mengemukakan tentang adanya alam bawah sadar pada manusia yang mampu mendorong
3 prinsip dasar dari psikoanalisa sendiri yaitu:
1.
Struktur
kepribadian
Ø Id adalah
komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan libinal. Bekerja dengan
menganut prinsip kesenangan (pleasure principle).
Contohnya adalah ketika seseorang lapar maka ia akan membayangkan makanan.
Ø Ego adalah
bagian kepribadian yang bertugas sebagai pengontrol jalannya id dengan superego
(penengah antara id dan superego) atau pelaksanaan dari Id. Menganut prinsip
realitas (reality priciple).
Contohnya adalah orang yang merasa lapar maka akan pergi mencari makan.
Ø Super Ego
adalah bagian moral dari kepribadian manusia. Merupakan filter dari sensor baik-buruk,
salah-benar, boleh-tidak dari sesuatu yang dilakukan oleh dorongan ego.
Contohnya adalah orang yang lapar tetapi ia sedang berada di kelas mengikuti
perkuliahan dia tidak bisa menahan laparnya dan keluar dari kelas tanpa meminta
izin pada dosen atau memilih menunggu jam perkuliahan selesai baru pergi ke
kantin untuk makan. Maka superego berperan penting pada saat itu.
Menurut
Freud kepribadian yang sehat adalah kepribadian yang menyadari motivasi (dorongan) yang dimilikinya. Dalam
Psikoterapi tujuan digunakannya metode Psikoanalisa adalah untuk membuat
motivasi–motivasi yang tidak disadari menjadi disadari.
2.
Pandangan
tentang sifat manusia
ð Pandangan Freud tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministic, mekanistik, dan reduksionistik.
3. Kesadaran
dan ketidaksadaran
Freud menggambarkan ketidaksadaran dan kesadaran
bagaikan gunung es di tengah lautan, dengan bongkahan kecil yang tampak di atas
permukaan laut sebagai kesadaran.
o Konsep
ketidaksadaran
a.
mimpi-mimpi
→ merupakan representative simbolik dari kebutuhan-kebutuhan, hasrat-hasrat
konflik
b.
salah ucap
atau lupa
c.
sugesti
pasca hipnotik
d.
materi-materi
yang berasal dari teknik-teknik asosiasi bebas
e. bahan-bahan yang berasal dari teknik proyektif
4.
Kecemasan
ð Suatu
keadaan yang memotifasi kita untuk berbuat sesuatu. Fungsinya adalah untuk
memperingatkan adanya ancaman bahaya
3 macam
kecemasan
a.
Kecemasan
realistis
→ kecemasan yang timbul karena adanya ancaman dari dunia luar. Kecemasan
ini sering kali di interpretasikan sebagai rasa takut. Kecemasan realistis ini
adalah kecemasan yang paling pokok sedangkan dua kecemasan yang lain (neurotik
dan moral) berasal dari kecemasan ini.
b.
Kecemasan
neurotic
→ timbul karena id (rangsangan insting yang menuntut pemuasan segera)
muncul sebagai suatu rangsangan yang mendorong ego untuk melakukan hel-hal yang
tidak dapat diterima oleh lingkungan. Ciri kecemasan neurotic yang dapat
dilihat dengan jelas adalah ketakutan yang tegang dan tidak rasional phobia).
c.
Kecemasan
moral
→ individu yang superego berkembang baik cenderung untuk merasa berdosa
apabila ia melakukan atau bahkan berpikir untuk melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan norma-norma moral. Kecemasan moral ini juga mempunyai dasar
dalam realitas karena dimasa yang lampau orang telah mendapatkan hukuman
sebagai akibat dari perbuatan yang melanggar kode moral dan mungkin akan
mendapatkan hukuman lagi.
Ø Tujuan terapi Psikoanalisis
· Membentuk
kembali struktur karakter individu dengan jalan membuat kesadaran yang tak
disadari didalam diri klien.
· Fokus pada
upaya mengalami kembali pengalaman masa anak-anak.
Ø Fungsi &
peran Terapis
· Terapis /
analis membiarkan dirinya anonym serta hanya berbagi sedikit perasaan &
pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada terapis / analis.
Ø Peran
terapis
· Membantu
klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dlm menangani
kecemasan secara realistis
· Membangun
hub kerja dengan klien, dengan banyak mendengar dan menafsirkan
· Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien
· Mendengarkan kesenjangan-kesenjangan dan pertentangan-pertentangan pada cerita klien.
Ø Pengalaman
klien dalam terapi
·
Bersedia
melibatkan diri kedalam proses terapi yg intensif dan berjangka panjang
·
Mengembangkan
hubungan dengan analis atau terapis
·
Mengalami
krisis treatment
·
Memperoleh
pemahaman atas masa lampau klien yang tak disadari
·
Mengembangkan
resistensi-resistensi untuk belajar lebih banyak tentang diri sendiri
·
Mengembangkan
suatu hub transferensi yang tersingkap
·
Memperdalam
terapi
·
Menangani
resistensi-resistensi dan masalah yang terungkap
·
Mengakhiri
terapi
Ø Hubungan terapis & klien
·
Hub
dikonseptualkan dalam proses tranferensi yg menjadi inti Terapi Psikoanalisis
·
Transferensi
mendorong klien untuk mengalamatkan pd terapis “ urusan yg belum selesai” yang
terdapat dalam hub klien dimasa lalu dengan org yang berpengaruh
·
Sejumlah
perasaan klien timbul dari konflik-konflik seperti percaya lawan tak percaya,
cinta lawan benci
·
Transferensi
terjadi pada saat klien membangkitkan kembali konflik masa dininya yg
menyangkut cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan & dendamnya
·
Jika analis mengembangkan pandangan yang tidak selaras yang berasal dari
konflik2 sendiri, maka akan terjadi kontra transferensi:
a. Bentuk
kontratransferensi
→ perasaan
tdk suka / keterikatan & keterlibatan yg berlebihan
b.
Kontratransferensi dapat mengganggu kemajuan terapi
Ø Teknik dasar
Terapi Psikoanalisis
1) Asosiasi
bebas
→ adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman2 masa lalu &
pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik di masa
lalu.
Dalam
Psikoanalisa tradisional, penerapan teknik asosiasi bebas ini dilakukan dengan
klien berbaring di dipan dan konselor duduk di kursi sejajar dengan kepala
klien, sehingga klien tidak melihat konselor. Dengan demikian, klien dapat
mengungkapkan atau menyalurkan materi-materi yang ada dalam ketidaksadarannya
secara bebas, terbuka, tidak menutup-nutupi tanpa harus malu meskipun materi
tersebut menyakitkan, tidak logis, dan tidak relevan.
Agar
konselor dapat mengintrepetsaikan secara tepat apa yang dikatakan klien, selama
asosiasi bebas berlangsung, konselor harus aktif memperhatikan perasaan,
ucapan-ucapannya, mencatat gerakan tubuh, nada suara, dan bahasa tubuh klien
secara umum. Penting bagi konselor untuk mencermati kata-kata yang muncul
diluar kesadarannya.
2) Penafsiran
(Interpretasi)
→ Adalah suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi-asosiasi bebas,
mimpi-mimpi, resistensi-resistensi dan transferensi perasaan klien dengan
tujuan utama untuk menemukan materi yang tidak disadari. Dengan demikian ego
klien dapat mencerna materi tersebut dengan penuh kesadaran.
Dalam memberikan
penafsiran, konselor harus hati-hati serta dapat memilih waktu dan kata-kata
yang tepat agar klien tidak justru menjadi menutup diri atau mengembangkan pertahanan dirinya. Untuk
itu, interpretasi hendaknya bersifat hipotetik, bukan menyatakan fakta,
mendekati kesadaran klien, dimulai dari yang sifatnya permukaan menuju yang
mempunyai bobot emosional yang lebih mendalam, serta dilakukan dengan terlebih
dahulu menunjukkan pertahanan diri klien sebelum ke hal-hal yang dianggap
mendasarinya.
3) Analisis
Mimpi
→ Suatu prosedur yang penting untuk menyingkap bahan-bahan yang tidak
disadari dan memberikan kepada klien atas beberapa area masalah yang tak terselesaikan.
Bagi Freud, mimpi adalah ekspresi simbolik dari kebutuhan-kebutuhannya yang
terdesak.
Tujuan
analisis mimpi adalah untuk mencari isi yang laten atau sesuatu yang ada
dibalik isi yang manifes, untuk menemukan sumber-sumber konflik terdesak.
4) Analisis dan
Penafsiran Resistensi
→ Ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yang ada di balik
resistensi sehingga dia bisa menanganinya. Freud menyatakan bahwa resistensi
merupakan suatu dinamika yang tidak disadari untuk mempertahankan kecemasan. apabila
hal ini terjadi, maka sebenarnya adalah sebuah kewajaran. Namun yang penting
bagi konselor adalah bagaimana pertahanan diri tersebut dapat diterobos
sehingga dapat teramati untuk selanjutnya dianalisis dan ditafsirkan, sehingga
klien menyadari alasan timbulnya resistensi tersebut.
5) Analisis Transferensi
→ Transferensi atau pengalihan adalah pergeseran arah yang tidak disadari
kepada konselor dari orang-orang tertentu dalam masa silam klien. pengalihan
ini terkait dengan perasaan, sikap, dan khayalan klien. Baik secara positif
maupun negatif yang tidak terselesaikan pada masa silamnya.
Teknik analisis
Tranferensi ini dilakukan dengan mengusahakan agar klien mampu mengembangkan
transferensinya guna mengungkap kecemasan-kecemasan yang dialaminya pada masa
kanak-kanak. Apabila transferensi ini tidak ditangani dengan baik baik, maka
klien dapat menjadi bersikap menolak terhadap perlakuan terapis dan proses terapi
dapat dirasakan sebagai hukuman. Oleh karena itu, dalam transferensi konselor
harus bersikap obyektif, netral, anonim, dan pasif.
Referensi:
http://indryawati.staff.gunadarma.ac.id/ diakses pada
15 maret 2013
Feist,
J & Feist, G. 2010. Teori kepribadian
edisi 7. Penerbit Salemba Humanika: Jakarta
Modul
Psikologi Konseling bu Diana Rohayati
0 komentar:
Posting Komentar