NAMA : DIFA PERMATA ANGREYANI
KELAS : 3PA01
NPM : 12510009
KELAS : 3PA01
NPM : 12510009
1. Pengantar
Person
Center Therapy atau dikenal juga dengan client centered therapy pertama kali
diciptakan oleh Carl Rogers. Rogers memandang manusia sebagai individu yang
tersosialisasi dan bergerak ke depan, berjuang untuk berfungsi sepenuhnya,
serta memiliki kebaikan yang positif. Dengan asumsi tersebut pada dasarnya
manusia dapat dipercayai, kooperatif dan konstruktif, tidak perlu ada
pengendalian terhadap dorongan-dorongan agresifnya.
Implikasi dari pandangan filosofis
seperti ini, Rogers menganggap bahwa individu memiliki kesanggupan yang inheren
untuk menjauhi maladjustment menuju ke kondisi psikologis yang sehat, konselor
meletakkan tanggung jawab utamanya dalam proses terapi kepada klien. oleh
karena itu konseling client centered therapy berakar pada kesanggupan klien
untuk sadar dan membuat keputusan-keputusan, sebab klien merupakan orang yang
paling tahu tentang dirinya, dan pantas menemukan tingkah laku yang pantas
baginya.
2. Pandangan
tentang Manusia
Pandangan Rogers tentang manusia bahwa secara
filosofis inti sifat manusia adalah positif, sosial, berpandangan ke depan dan
realistis, serta dapat mengaktualisasikan dirinya dengan baik. Pola perilaku
manusia ditentukan oleh kemampuan untuk membedakan antara respon yang efektif
(menghasilkan rasa senang) dan respon yang tidak efektif (menghasilkan rasa
tidak senang). Di samping itu pada dasarnya manusia itu kooperatif,
konstruktif, dapat dipercaya, memiliki tendensi dan usaha mengaktualisasikan
dirinya. Sehingga individu dapat men’take charge’ kehidupannya, membuat
keputusan untuk berbuat baik, dan bertanggung jawab terhadap apa yang telah
diputuskannya. (Capuzzi dan Gross, 1995)
3. Ciri-ciri
Pendekatan Person Center Therapy / Client Centered Therapy
Rogers (dalam Corey, 2009) menguraikan ciri-ciri
yang membedakan pendekatan Person Center
Therapy dengan pendekatan-pendekatan lain. Pendekatan Person Center Therapy difokuskan pada tanggung jawab dan
kesanggupan klien untuk menemukan cara-cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh.
Pendekatan terapi ini lebih menekankan pada dunia fenomenal klien, yaitu dengan
empati dan usaha untuk memahami klien. Dengan empati yang cermat dan usaha
untuk memahami kerangka acuan internal klien, terapis memberikan pelatihan
terutama pada persepsi diri klien dan persepsinya terhadap dunia.
Prinsip-prinsip terapi Person Center Therapy diterapkan pada individu yang fungsi
psikologisnya berada pada taraf yang relatif normal maupun pada individu yang
derajat penyimpangan psikologisnya lebih besar. Terapi Person Center Therapy memasukkan konsep bahwa fungsi terapi adalah
tampil langsung dan bisa dijangkau oleh klien serta memusatkan perhatian pada
pengalaman di sini- dan –sekarang yang tercipta melalui hubungan antara klien
dan terapis. terapi Person Center Therapy
bukanlah sekumpulan teknik dan juga bukan suatu dogma.
4. Tujuan
Konseling Person Center Therapy
Secara umum tujuan dari konseling ini adalah untuk
memfokuskan diri klien pada pertanggungjawaban dan kapasitasnya dalam rangka
menemukan cara yang tepay untuk menghadapi realitas yang dihadapi klien (dalam
Corey, 1986) atau dengan kata lain membantu klien agar berkembang secara
optimal sehingga mampu menjadi manusia yang berguna. (Sukardi, 1984)
Rogers (dalam Corey, 2009) menguraikan ciri-ciri
orang yang bergerak ke arah menjadi tambah teraktual sebagai berikut:
a) Keterbukaan
pada pengalaman
b) Kepercayaan
terhadap organisme sendiri
c) Tempat
evaluasi internal
d) Ketersediaan
untuk menjadi suatu proses
Sedangkan secara terinci tujuan Person Center Therapy adalah sebagai berikut (Sukardi, 1984):
a) Membebaskan
klien dari berbagai konflik psikologi yang dihadapinya.
b) Menumbuhkan
kepercayaan pada diri klien bahwa ia memiliki kemampuan untuk mengambil satu
atau serangkaian keputusan yang terbaik bagi dirinya sendiri tanpa merugikan
orang lain.
c) Memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada klien untuk belajar mempercayai orang lain dan
memiliki kesiapan secara terbuka untuk menerima berbagai pengalaman orang lain
yang bermanfaat bagi dirinya sendiri.
d) Memberikan
kesadaran kepada klien bahwa dirinya adalah merupakan bagian dari suatu lingkup
sosial budaya yang luas. Meskipun demikian, ia tetap masih memiliki kekhasan
atau keunikan tersendiri.
e) Menumbuhkan
suatu keyakinan kepada klien bahwa dirinya terus tumbuh dan berkembang.
Terapis
tidak memilih tujuan-tujuan yang khusus bagi klien. Tonggak terapi ini adalah
anggapannya bahwa klien dalam hubungannya dengan terapis yang menunjang,
memiliki kesanggupan untuk menentukan dan menjernihkan tujuan-tujuannya
sendiri.
5. Teknik
Konseling Person Center Therapy
Rogers (dalam Corey, 2009) menekankan bahwa yang
terpenting dalam proses konseling ini adalah filsafat dan sikap konselor, bukan
pada teknik yang didesain untuk membuat klien “membuat sesuatu”. Pada dasarnya
teknik itu menggambarkan implementasi filsafat dan sikap yang harus konsisten
dengan filsafat dan sikap konselor. Dengan adanya perkembangan yang menekankan
filsafat dan sikap ini maka ada perubahan-perubahan di dalam frekuensi
penggunaan bermacam teknik. Misalnya adalah bertanya, penstrukturan, interpretasi,
memberi saran atau nasehat.
Teknik-teknik tersebut sebagai cara untuk mewujudkan
dan mengkomunikasikan acceptance, understanding, menghargai, dan mengusahakan
agar klien mengetahui bahwa konselor berusaha mengembangkan internal frame of
reference klien dengan cara konselor mengikuti fikiran, perasaan dan eksplorasi
klien yang merupakan teknik pokok untuk menciptakan dan memelihara hubungan
konseling. Oleh karenanya teknik-teknik tersebut tidak dapat digunakan secara self compulsy (dengan sendirinya) bila
konselor tidak tahu dalam menggunakan teknik-teknik tersebut.
Dengan demikian proses konseling ditinjau dari
pandangan klien, pengamatan dan perubahan yang terjadi did alam diri klien,
bisa juga dilihat dari sudut pandang konselor berdasarkan bagaimana tingkah
laku dan partisipati konselor dalam hubungan ini.
6. Peran
dan Fungsi Terapis
Peran terapis di sini adalah menciptakan hubungan
yang bersifat menolong di mana klien bisa mengalami kebebasan yang diperlukan
dalam rangka menggali kawasan kehidupannya yang saat ini berada dalam kondisi
inkongruen. Peran terapis dalam membina hubungan dengan klien adalah sangat
penting. Terapis sebisa mungkin membatasi diri untuk mengintervensi klien dengan
tidak memberikan nasehat, pedoman, kritik, penilaian, tafsiran, rencana, harapan,
dan sebagainya sehingga dia hanya berperan sebagai fasilitator dalam proses
konseling. (Corey, 1986)
Rogers juga menerangkan bahwa peran konselor Person Center Therapy adalah sebagai
berikut:
a) Menyediakan
konsisi terapeutik agar klien dapat menolong dirinya dalam rrangka
mengaktualisasikan dirinya.
b) Memberikan
penghargaan yang positif yang tidak terkondisi bagi klien.
c) Mendengarkan
dan mengobservasi lebih jauh untuk mendapatkan aspek verbal dan emosional
klien.
d) Memberikan
pemahaman empatik untuk melihat kekeliruan dan inkongruen yang dialami oleh
klien
e) Peduli
dan ramah.
Oleh
karena itu tugas utama terapis adalah memahami dunia klien sekomprehensif
mungkin dan mendorong klien untuk bertanggung jawab terhadap perbuatan dan
keputusan yang diambilnya.
Dalam konseling ini ada beberapa fungsi yang
perlu dipenuhi oleh seorang terapis, yaitu:
a) Menciptakan
hubungan yang permisif, terbuka, penuh pengertian dan penerimaan agar klien
bebas mengemukakan masalahnya.
b) Mendorong
kemampuan klien untuk melihat berbagai potensinya yang dapat menjadi acuan
dalam pengambilan keputusan.
c) Mendorong
klien agar ia yakin bahwa ia mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
d) Mendorong
klien agar ia mampu mengambil keputusan dan bertanggung jawab sepenuhnya atas
keputusan yang telah ditetapkannya.
7. Kelebihan
dan Kelemahan Person Center Therapy
·
Kelebihan
a) Pemusatan
pada klien dan bukan pada terapis
b) Identifikasi
dan hubungan terapi sebagai wahana utama dalam mengubah kepribadian
c) Lebih
menekankan pada sikap terapi daripada teknik
d) Memberikan
kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuantitatif.
e) Penekanan
emosi, perasaan, dan afektif dalam terapi.
f) Klien
merasa mereka dapat menegkspresikan dirinya secara penuh ketika mereka
mendengarkan dan tidak dijustifikasi.
·
Kelemahan
a) Terapi
berpusat pada klien dianggap terlalu sederhana
b) Terlalu
menekankan aspek afektif, emosional, dan perasaan
c) tujuan
untuk setiap klien yaitu memaksimalkan diri, dirasa terlalu luas dan umum
sehingga sulit untuk menilai individu.
d) Tidak
cukup sistematik
e) Tidak
bisa digunakan pada penderita psikopatologi yang parah
REFERENSI
Corey, Gerald. (2009). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika
Aditama.
http://enamkonselor.files.wordpress.com/2012/05/clientcenteredtherapy1.pdf